A. Pengertian Masalah dalam Penelitian
Setiap penelitian baik penelitian
kuantitatif maupun kualitatif selalu berangkat dari masalah. Namun terdapat
perbedaan yang mendasar antara “masalah “ dalam penelitian kualitatif “masalah
“ yang akan di pecahkan melalui penelitian harus jelas, spestik, yang di bawa
oleh peneliti masih remang-remang, bahkan gelap kompleks dan dinamis. Oleh
karena itu, “masalah “ dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara.
Tentative dan akan berkembang atau berganti setelah peneliti berada di
lapangan.
Menurut Strauss dan Corbin
(2003) “Penelitian
kualitatif” dimaksud sebagai jenis
penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur
statistik atau bentuk hitungan lainnya. Setiap penelitian baik
penelitian kuantitatif maupun kualitatif selalu berangkat dari masalah.
Masalah adalah suatu keadaan
yang bersumber dari hubungan antara dua faktor atau lebih yang menghasilkan
situasi yang menimbulkan tanda tanya dan dengan sendirinya memerlukan upaya
untuk mencari sesuatu jawaban (Guba, 1978: 44; Linclon dan Guba, 1985:218,
dan Guba Linclon, 1981: 88). Atau masalah
adalah penyimpangan antara yang seharusnya dengan yang terjadi. Tujuan suatu
penelitian ialah upaya untuk memecahkan masalah. Perumusan masalah dilakukan
dengan jalan mengumpulkan sejumlah pengetahuan yang memadai dan yang mengarah
pada upaya untuk memahami atau menjelaskan factor–factor yang berkaitan yang
ada dalam masalah tersebut. Jadi, proses tersebut berupa proses dialektik yang
berperan sebagai proposisi terikat dan antithesis yang membentuk masalah
berdasarkan usaha sintesis tertentu.
Masalah dalam penelitian kualitatif bertumpu
pada suatu fokus. Pada dasarnya penentuan masalah menurut Lincoln & Guba
(1985: 226) bergantung pada paradigma apakah yang dianut oleh seorang peneliti.
Dalam penelitian kualitatif, akan terjadi tiga kemungkinan terhadap “masalah“
yang di bawa oleh peneliti dalam penelitian :
1.
Masalah yang di
bawa oleh peneliti tetap, sehingga sejak awal sanpai akhir penelitian
sama.
2.
Masalah yang di
bawa peneliti setelah memasuki penelitian berkembang yaitu memperluas
atau memperdalam masalah yang telah di siapkan. Dengan demikian tidak terlalu
banyak perubahan, sehingga judul penelitian cukup di sempurnakan.
3.
Masalah ketidaksesuaian,
dengan demikian judul proposal dengan judul penelitian tidak sama dengan
judulnya diganti. Dalam institusi tertentu, judul yang diganti ini sering mengalami
kesulitan administrasi
Oleh karena itu institusi yang menangani penelitian
kualitatif, harus mau dan mampu menyesuaikan dengan karakteristik masalah
kualitatif ini.
Dua maksud yang
ingin dicapai peneliti dalam merumuskan masalah penelitian :
1.
Penetapan fokus
dapat membatasi study. Jadi, dalam hal ini fokus akan membatasi bidang inkuiri.
2.
Penetapan fokus
itu berfungsi untuk memenuhi kriteria inklusi – ekslusi atau kriteria
masuk – keluar suatu informasi yang baru diperoleh dilapangan.
Penetapan fokus atau
masalah dalam penelitian kualitatif bagaimana pun akhirnya akan
dipastikan sewaktu peneliti sudah berada di arena atau lapangan penelitian.
Dengan demikian kepastian tentang fokus dan masalah itu yang menentukan adalah
keadaan di lapangan. Perumusan masalah yang bertumpu pada fokus
dalam penelitian kualitatif bersifat tentatif artinya penyempurnaan
rumusan fokus atau masalah itu masih tetap dilakukan sewaktu penelitian sudah
berada di latar penelitan. Pembatasan masalah merupakan tahap yang sangat menentukan
dalam penelitian kualitatif, walaupun sifatnya masih tentatif, sehingga dapat
ditarik kesimpulan penting yaitu:
1.
Suatu penelitian
tidak dimulai dari sesuatu yang vakum (kosong ).
2.
Fokus pada
dasarnya adalah masalah pokok yang bersumber dari pengalaman peneliti atau
melalui pengetahuan yang diperolehnya melalui kepustakaan ilmiah ataupun
kepustakaan lainnya.
3.
Tujuan
penelitian pada dasarnya adalah memecahkan masalah yang telah dirumuskan.
4.
Masalah yang
bertumpu pada focus yang ditetapkan bersifat tentatif, dapat diubah sesuai
dengan situasi latar penelitian
B. Model Perumusan Masalah
Salah satu teknik yang sering digunakan
dalam proses penelitian adalah membuat model obyek yang akan diselidiki. Karena
model itu merupakan tiruan kenyataan, maka ia harus dapat menggambarkan
berbagai aspek yang diselidiki. Salah satu alasan utama pengembangan model
adalah untuk lebih memudahkan pencarian variabel-variabel yang penting dan
berkaitan dengan penelitian yang dilakukan.
C. Menemukan Sumber – Sumber Masalah Penelitian
1.
Kriteria
Analisis
a.
Rumusan masalah
tersebut telah menghubungkan dua atau lebih halatau factor (defenisi masalah)
b.
Rumusan masalah
itu dipisahkan dari tujuan penelitian
c.
Uraian dalam
bentuk deskriptif saja atau deskriptif disertai pertanyaan penelitian
d.
Uraian masalah
dipaparkan secara khusus sehingga telah dapat memenuhi criteria
inklusi-ekslusi.
e.
Hipotesis kerja
dinyatakan secara eksplisit dan berkaitan dengan masalah penellitian
f.
Pembatasan study
dinyatakan dengan istilah fokus.
Sumber masalah biasanya
dapat diangkat menjadi topik dari sebuah penelitian, ada beberapa sumber
masalah, antara lain :
·
Kehidupan
sehari-hari
Berasal dari hal-hal yang menjadi kebiasaan yang
kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari.
·
Masalah praktis
Masalah yang harus diselesaikan yang cepat, sehingga
masalah tesebut tidak berlarut-larut menjadi masalah.
·
Hasil penelitian
sebelumnya
Masalah yang peneliti rasa tidak tuntas diteliti
oleh penelitian sebelumnya, seperti penelitian pada jurnal, skripsi, tesis,
disertasi ataupun penelitian lainnya
·
Teori
Bedasarkan teori yang telah ada dan diakui. Biasanya
peneliti ingin mencari hubungan antara teori-teori tersebut
untuk mendapatkan teori baru.
D. Prinsip-prinsip Perumusan Masalah
1.
Prinsip yang
Berkaitan dengan Teori dari Dasar
Peneliti hendaknya
senantiasa menyadari bahwa perumusan masalah dalam penelitiannya didasarkan
atas upaya menemukan teori dari dasar sebagai acuan utama. Perumusan masalah
adalah sekadar arahan pembimbing atau acuan pada usaha untuk menemukan masalah
yang sebenarnya. Masalah sesungguhnya baru akan dapat dirumuskan apabila
peneliti sudah berada dan mulai, bahkan sedang mengumpulkan data.
2.
Prinsip yang
Berkaitan dengan Maksud Perumusan Masalah
a.
Perumusan
masalah di sini bermaksud menunjang upaya penemuan dan penyusunan teori
substantif, yaitu teori yang bersumber dari data.
b.
Peneliti
merumuskan masalah dengan maksud menguji suatu teori dengan menyadari segala
macam kekurangan akibat tindakannya.
c.
Penekanan pada
suatu usaha penemuan dapat membawa peneliti untuk juga dapat menguji
suatu teori yang sedang berlaku.
d.
Masalah yang
dirumuskan dan mungkin disempurnakan akan berfungsi sebagai patokan untuk
keperluan mengadakan analisis datadan kemudian menjadi hipotesis kerja.
3.
Prinsip Hubungan
Faktor
Faktor-faktor di sini
dapat berupa konsep, peristiwa, pengalaman, atau fenomena. Ada 3 aturan
tertentu yang perlu dipertimbangkan oleh peneliti pada waktu merumuskan masalah
tersebut :
a.
Adanya dua atau
lebih factor
b.
Faktor – factor
itu dihubungkan dalam suatu hubungan yang logis atau bermakna
c.
Hasil pekerjaan
tadi menghubungkan suatu keadaan yang menimbulkan tanda tanya atau hal yang
membingungkan, jadi suatu keadaan bersifat tanda tanya, yang memerlukan
pemecahan atau upaya untuk menjawabnya. Jadi, walaupun ada factor – factor,
jika tidak dikaitkan satu dengan lainnya secara bermakna, hal itu berarti
belum memenuhi persyaratan.
4.
Fokus sebagai
wahana untuk membatasi study
Peneliti kualitatif
bersifat terbuka artinya tidak mengharuskan peneliti menganut suatu orientasi
teori atau paradigma tertentu. Peneliti boleh memilih paradigma ilmiah, alamiah
ataupun paradigma tengah. Perumusan masalah bagi peneliti akan mengarahkan dan
membimbing pada situasi lapangan bagaimanakah yang akan dipillih dari berbagai
latar yang sangat banyak tersedia.
5.
Prinsip yang
berkaitan dengan inklusi – ekslusi
Perumusan focus yang
baik yang dilakukan sebelum peneliti ke lapangan dan yang mungkin disempurnakan
pada awal ia terjun ke lapangan akan membatasi peneliti guna memilih mana data
yang relevandan mana yang tidak. Data yang relevan dimasukkan dan dianalisis
sedangkan yang tidak relevan dengan masalah dikeluarkan.
Masalah yang dirumuskan
secara jelas dan tegas akan merupakan alat yang ampuh untuk memilih data yang
relevan.
6.
Prinsip yang
berkaitan dengan bentuk dan cara perumusan masalah
Ada tiga bentuk perumusan masalah :
a.
Secara diskusi,
cara penyajiannya adalah dalam bentuk pernyataan secara deskriptif namun perlu
diikuti dengan pertanyaan – pertanyaan penelitian
b.
Secara
proposional, secara langsung menghubungkan factor – factor dalam hubungan logis
dan bermakna
c.
Secara gabungan,
terlebih dahulu disajikan dalam bentuk diskusi kemudian ditegaskan lagi dalam
bentuk proposisional.
7.
Prinsip
sehubungan dengan posisi perumusan masalah
Yang dimaksud dengan
posisi disini adalah kedudukan untuk perumusan masalah diantara
unsur-unsur peneliti lainnya. Unsur – unsur penelitian lainnya yang erat
kaitanya dengan rumusan masalah ialah latar belakang masalah, tujuan, dan acuan
teori dan metode penelitian :
a.
Prinsip posisi
menghendaki agar rumusan latar belakang penelitian didahulukan.
b.
Prinsip lainnya
ialah hendaknya rumusan masalah disusun terlebih dahulu
c.
Prinsip
berikutnya menghendaki agar sebaiknya rumusan masalah dipisahkan dari rumus dan
tujuan
d.
Prinsip terakhir
menghendaki agar seharusnya rumusan masalah dipisahkan dari metode penelitian.
8.
Prinsip yang
berkaitan dengan hasil penelaahan kepustakaan
Pada dasarnya perumusan
masalah itu tidak bisa dipisahkan dari hasil penelaahan kepustakaan yang
berkaitan, karena diperlukan untuk lebih mempertajam perumusan masalah itu,
serta mengarahkan dan membimbing peneliti untuk membentuk kategori substantif.
9.
Prinsip yang
berkaitan dengan penggunaan bahasa
Perumusan masalah
dilakukan pada waktu mengajukan usulan penelitian dan diulangi kembali pada
waktu menulis laporan. Pada waktu menulis laporan atau artikel tentang hasil
penelitian, ketika merumuskan masalah, hendaknya peneliti memmpertimbangkan
ragam pembacanya, sehingga rumusan masalah yang diajukan dapat disesuaikan
dengan tingkat kemampuan menyimak para pembacanya.
Dengan kata lain,
penulisan perumusan masalah harus disesuaikan dengan tingkat keumumannya para
pembaca.
E. Langkah – langkah Perumusan Masalah
1.
Tentukan fokus penelitian
2.
Cari berbagai kemungkinan factor yang ada kaitan denganfocus
tersebut yang dalam hal ini dinamakan subfokus
3.
Dari antara factor
– factor yang terkait adakan pengkajian mana yang sangat menarik untuk
ditelaah, kemudian tetapkan mana yang dipilih
4.
Kaitkan secara logis factor
–factor subfokus yang dipilih dengan focus penelitian.
No comments:
Post a Comment