Friday, February 24, 2017

KONSEP – KONSEP KUNCI MASALAH PENELITIAN KUALITATIF



A.    Pengertian Masalah dalam Penelitian
Setiap penelitian baik penelitian kuantitatif maupun kualitatif selalu berangkat dari masalah. Namun terdapat perbedaan yang mendasar antara “masalah “ dalam penelitian kualitatif “masalah “ yang akan di pecahkan melalui penelitian harus jelas, spestik, yang di bawa oleh peneliti masih remang-remang, bahkan gelap kompleks dan dinamis. Oleh karena itu, “masalah “ dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara. Tentative dan akan berkembang atau berganti setelah peneliti berada di lapangan.

Menurut Strauss dan Corbin (2003) “Penelitian kualitatif” dimaksud sebagai jenis  penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. Setiap penelitian baik penelitian kuantitatif maupun kualitatif selalu berangkat dari masalah.
Masalah adalah suatu keadaan yang bersumber dari hubungan antara dua faktor atau lebih yang menghasilkan situasi yang menimbulkan tanda tanya dan dengan sendirinya memerlukan upaya untuk mencari sesuatu jawaban (Guba, 1978: 44; Linclon dan Guba, 1985:218,  dan Guba Linclon, 1981: 88). Atau masalah adalah penyimpangan antara yang seharusnya dengan yang terjadi. Tujuan suatu penelitian ialah upaya untuk memecahkan masalah. Perumusan masalah dilakukan dengan jalan mengumpulkan sejumlah pengetahuan yang memadai dan yang mengarah pada upaya untuk memahami atau menjelaskan factor–factor yang berkaitan yang ada dalam masalah tersebut. Jadi, proses tersebut berupa proses dialektik yang berperan sebagai proposisi terikat dan antithesis yang membentuk masalah berdasarkan usaha sintesis tertentu.
Masalah dalam penelitian kualitatif  bertumpu pada suatu fokus. Pada dasarnya penentuan masalah menurut Lincoln & Guba (1985: 226) bergantung pada paradigma apakah yang dianut oleh seorang peneliti. Dalam penelitian kualitatif, akan terjadi tiga kemungkinan terhadap “masalah“ yang di bawa oleh peneliti dalam penelitian :
1.      Masalah yang di bawa oleh peneliti tetap, sehingga sejak awal sanpai akhir penelitian sama.
2.      Masalah yang di bawa peneliti setelah memasuki penelitian berkembang yaitu memperluas atau memperdalam masalah yang telah di siapkan. Dengan demikian tidak terlalu banyak perubahan, sehingga judul penelitian cukup di sempurnakan.
3.      Masalah ketidaksesuaian, dengan demikian judul proposal dengan judul penelitian tidak sama dengan judulnya diganti. Dalam institusi tertentu, judul yang diganti ini sering mengalami kesulitan administrasi
Oleh karena itu institusi yang menangani penelitian kualitatif, harus mau dan mampu menyesuaikan dengan karakteristik masalah kualitatif ini.
Dua maksud yang  ingin dicapai peneliti dalam merumuskan masalah penelitian :
1.      Penetapan fokus dapat membatasi study. Jadi, dalam hal ini fokus akan membatasi bidang inkuiri.
2.      Penetapan fokus itu berfungsi untuk memenuhi kriteria inklusi – ekslusi atau kriteria masuk  – keluar suatu informasi yang baru diperoleh dilapangan.
Penetapan fokus atau masalah dalam penelitian kualitatif  bagaimana pun akhirnya akan dipastikan sewaktu peneliti sudah berada di arena atau lapangan penelitian. Dengan demikian kepastian tentang fokus dan masalah itu yang menentukan adalah keadaan di lapangan. Perumusan masalah yang bertumpu pada fokus dalam penelitian kualitatif bersifat tentatif artinya penyempurnaan rumusan fokus atau masalah itu masih tetap dilakukan sewaktu penelitian sudah berada di latar penelitan. Pembatasan masalah merupakan tahap yang sangat menentukan dalam penelitian kualitatif, walaupun sifatnya masih tentatif, sehingga dapat ditarik kesimpulan penting yaitu:
1.      Suatu penelitian tidak dimulai dari sesuatu yang vakum (kosong ).
2.      Fokus pada dasarnya adalah masalah pokok yang bersumber dari pengalaman peneliti atau melalui pengetahuan yang diperolehnya melalui kepustakaan ilmiah ataupun kepustakaan lainnya.
3.      Tujuan penelitian pada dasarnya adalah memecahkan masalah yang telah dirumuskan.
4.      Masalah yang bertumpu pada focus yang ditetapkan bersifat tentatif, dapat diubah sesuai dengan situasi latar penelitian
B.     Model Perumusan Masalah
Salah satu teknik yang sering digunakan dalam proses penelitian adalah membuat model obyek yang akan diselidiki. Karena model itu merupakan tiruan kenyataan, maka ia harus dapat menggambarkan berbagai aspek yang diselidiki. Salah satu alasan utama pengembangan model adalah untuk lebih memudahkan pencarian variabel-variabel yang penting dan berkaitan dengan penelitian yang dilakukan.
C.     Menemukan Sumber – Sumber Masalah Penelitian
1.      Kriteria Analisis
a.       Rumusan masalah tersebut telah menghubungkan dua atau lebih halatau factor (defenisi masalah)
b.      Rumusan masalah itu dipisahkan dari tujuan penelitian
c.       Uraian dalam bentuk deskriptif saja atau deskriptif disertai pertanyaan penelitian
d.      Uraian masalah dipaparkan secara khusus sehingga telah dapat memenuhi criteria inklusi-ekslusi.
e.       Hipotesis kerja dinyatakan secara eksplisit dan berkaitan dengan masalah penellitian
f.       Pembatasan study dinyatakan dengan istilah fokus.
Sumber masalah biasanya dapat diangkat menjadi topik dari sebuah penelitian, ada beberapa sumber masalah, antara lain :
·         Kehidupan sehari-hari
Berasal dari hal-hal yang menjadi kebiasaan yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari.
·         Masalah praktis
Masalah yang harus diselesaikan yang cepat, sehingga masalah tesebut tidak berlarut-larut menjadi masalah.
·         Hasil penelitian sebelumnya
Masalah yang peneliti rasa tidak tuntas diteliti oleh penelitian sebelumnya, seperti penelitian pada jurnal, skripsi, tesis, disertasi ataupun penelitian lainnya
·         Teori
Bedasarkan teori yang telah ada dan diakui. Biasanya peneliti ingin mencari hubungan antara teori-teori tersebut untuk mendapatkan teori baru.
D.    Prinsip-prinsip Perumusan Masalah
1.      Prinsip yang Berkaitan dengan Teori dari Dasar
Peneliti hendaknya senantiasa menyadari bahwa perumusan masalah dalam penelitiannya didasarkan atas upaya menemukan teori dari dasar sebagai acuan utama. Perumusan masalah adalah sekadar arahan pembimbing atau acuan pada usaha untuk menemukan masalah yang sebenarnya. Masalah sesungguhnya baru akan dapat dirumuskan apabila peneliti sudah berada dan mulai, bahkan sedang mengumpulkan data.
2.      Prinsip yang Berkaitan dengan Maksud Perumusan Masalah
a.       Perumusan masalah di sini bermaksud menunjang upaya penemuan dan penyusunan teori substantif, yaitu teori yang bersumber dari data.
b.      Peneliti merumuskan masalah dengan maksud menguji suatu teori dengan menyadari segala macam kekurangan akibat tindakannya.
c.       Penekanan pada suatu usaha penemuan dapat membawa peneliti untuk  juga dapat menguji suatu teori yang sedang berlaku.
d.      Masalah yang dirumuskan dan mungkin disempurnakan akan berfungsi sebagai patokan untuk keperluan mengadakan analisis datadan kemudian menjadi hipotesis kerja.
3.      Prinsip Hubungan Faktor
Faktor-faktor di sini dapat berupa konsep, peristiwa, pengalaman, atau fenomena. Ada 3 aturan tertentu yang perlu dipertimbangkan oleh peneliti pada waktu merumuskan masalah tersebut :
a.       Adanya dua atau lebih factor
b.      Faktor – factor itu dihubungkan dalam suatu hubungan yang logis atau bermakna
c.       Hasil pekerjaan tadi menghubungkan suatu keadaan yang menimbulkan tanda tanya atau hal yang membingungkan, jadi suatu keadaan bersifat tanda tanya, yang memerlukan pemecahan atau upaya untuk menjawabnya. Jadi, walaupun ada factor – factor,  jika tidak dikaitkan satu dengan lainnya secara bermakna, hal itu berarti belum memenuhi persyaratan.
4.      Fokus sebagai wahana untuk membatasi study
Peneliti kualitatif bersifat terbuka artinya tidak mengharuskan peneliti menganut suatu orientasi teori atau paradigma tertentu. Peneliti boleh memilih paradigma ilmiah, alamiah ataupun paradigma tengah. Perumusan masalah bagi peneliti akan mengarahkan dan membimbing pada situasi lapangan bagaimanakah yang akan dipillih dari berbagai latar yang sangat banyak tersedia.
5.      Prinsip yang berkaitan dengan inklusi – ekslusi
Perumusan focus yang baik yang dilakukan sebelum peneliti ke lapangan dan yang mungkin disempurnakan pada awal ia terjun ke lapangan akan membatasi peneliti guna memilih mana data yang relevandan mana yang tidak. Data yang relevan dimasukkan dan dianalisis sedangkan yang tidak relevan dengan masalah dikeluarkan.
Masalah yang dirumuskan secara jelas dan tegas akan merupakan alat yang ampuh untuk memilih data yang relevan.
6.      Prinsip yang berkaitan dengan bentuk dan cara perumusan masalah
Ada tiga bentuk perumusan masalah :
a.       Secara diskusi, cara penyajiannya adalah dalam bentuk pernyataan secara deskriptif namun perlu diikuti dengan pertanyaan – pertanyaan penelitian
b.      Secara proposional, secara langsung menghubungkan factor – factor dalam hubungan logis dan bermakna
c.       Secara gabungan, terlebih dahulu disajikan dalam bentuk diskusi kemudian ditegaskan lagi dalam bentuk proposisional.
7.      Prinsip sehubungan dengan posisi perumusan masalah
Yang dimaksud dengan posisi disini adalah kedudukan untuk perumusan masalah diantara unsur-unsur peneliti lainnya. Unsur – unsur penelitian lainnya yang erat kaitanya dengan rumusan masalah ialah latar belakang masalah, tujuan, dan acuan teori dan metode penelitian :
a.       Prinsip posisi menghendaki agar rumusan latar belakang penelitian didahulukan.
b.      Prinsip lainnya ialah hendaknya rumusan masalah disusun terlebih dahulu
c.       Prinsip berikutnya menghendaki agar sebaiknya rumusan masalah dipisahkan dari rumus dan tujuan
d.      Prinsip terakhir menghendaki agar seharusnya rumusan masalah dipisahkan dari metode penelitian.
8.      Prinsip yang berkaitan dengan hasil penelaahan kepustakaan
Pada dasarnya perumusan masalah itu tidak bisa dipisahkan dari hasil penelaahan kepustakaan yang berkaitan, karena diperlukan untuk lebih mempertajam perumusan masalah itu, serta mengarahkan dan membimbing peneliti untuk membentuk kategori substantif.
9.      Prinsip yang berkaitan dengan penggunaan bahasa
Perumusan masalah dilakukan pada waktu mengajukan usulan penelitian dan diulangi kembali pada waktu menulis laporan. Pada waktu menulis laporan atau artikel tentang hasil penelitian, ketika merumuskan masalah, hendaknya peneliti memmpertimbangkan ragam pembacanya, sehingga rumusan masalah yang diajukan dapat disesuaikan dengan tingkat kemampuan menyimak para pembacanya.
Dengan kata lain, penulisan perumusan masalah harus disesuaikan dengan tingkat keumumannya para pembaca.
E.     Langkah – langkah Perumusan Masalah
1.      Tentukan fokus penelitian
2.      Cari berbagai kemungkinan factor yang ada kaitan denganfocus tersebut yang dalam hal    ini dinamakan subfokus
3.      Dari antara factor – factor yang terkait adakan pengkajian mana yang sangat menarik untuk ditelaah, kemudian tetapkan mana yang dipilih
4.      Kaitkan secara logis factor –factor subfokus yang dipilih dengan focus   penelitian.

No comments:

Post a Comment