Sunday, September 25, 2016

EKONOMI MENINGKAT, ANGKA KEMISKINAN TETAP MENINGKAT ???



 EKONOMI MENINGKAT, ANGKA KEMISKINAN TETAP MENINGKAT ???

Secara de jure bangsa kita sudah merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, tetapi secara de facto bangsa kita masih dijajah oleh bangsa asing dan juga oleh bangsa sendiri, potongan lirik lagu “yang kaya makin kaya dan yang miskin makin miskin” seolah sudah menjadi potret nyata bangsa kita. Pertumbuhan ekonomi memang ada tetapi angka kemiskinan tetap saja tinggi. Berbicara tentang tingkat perekonomian kata Dr. Daharnis, M.Pd, Kons Dosen Pascasarjana UNP disela perkuliahan Statistik “laporan perekonomian memang sampai kepada presiden kita itu sudah meningkat, karena perhitungan dari statistika menggunakan metode mean, atau rata-rata, segingga pendapatan satu orang kaya dengan nominal tinggi bisa menutupi nilai kemiskinan dari ribuan bahkan jutaan warga miskin dipelosok negeri, ya jelas tingkat ekonomi kita tetap stabil dan menengah ke atas” tapi yang namanya angka kemiskinan masih tetap banyak secara realita. Hal ini tentu saja tidak akan terjadi jika kekayaan alamnya dikelola secara adil dan transparan.
Dominasi yang sangat besar perusahaan-perushaan asing atau kekayaan alam kita menjadi bukti lemahnya bargaining position bangsa kita di dunia international. 74% pengelolaan minyak bumi kita dikuasai asing yang membuktikan tidak adanya kedaulatan energi dinegeri ini. Berapa banyak SPBU PETRONAS bertebaran di Jakarta sementara tidak ada satupun SPBU PERTAMINA berhasil ekspansi ke Malaysia. Janganlah muluk-muluk kita ingin bersaing dengan Amerika, inggris atau Francis, karena dengan Malaysia saja kita kalah telak dalam hal pentaan ekonomi negara. Berpuluh-puluh ton emas kita dikeruk oleh PT Free Port dan Newmont tiap hari menjadikan kekayaan alam kita makin habis disedot oleh bangsa asing, kedaulatan enrgi seperti mimpi yang tak kunjung terealisasi, bangsa kita benar-benar tidak berdaulat atas negerinya sendiri.
Invasi bangsa asing untuk menguasai sumber-sumber kekayaan alam kita tidak bisa dicegah, justru seolah takluk kepada bangsa asing lewat perjanjian dan perundang-undangan. Entah hali ituk dilandasi ketakutan akan rezim pemerintahnya dijatuhkan lewat pemilu atau takut jika dijatuhkan lewat pesawat militer seperti yang terjadi di Palestina, Irak, Iran, dan Libya, yang jelas bangsa kita sudah tak berdaulat lagi. Kalau dahulu bangsa kita dijajah secara fisik, hari ini bangsa kita masih dijajah secara non fisik yang tidak semua orang bisa menyadarinya.
Kondisi seperti ini harus dipahami oleh seluruh bangsa kita, terutama generasi muda, dan para mahasiswanya sebagai agent of change. Kita harus bergerak bersama dengan kesadaran tinggi bahwa bangsa kita belum sepenuhnya merdeka, kemerdekaan itu harus kita raih secara diplomasi dan penguatan eksistensi.
Tugas ini baru akan dilaksanakan jika pemerintah kita mempunyai keinginan visi yang kuat dalam membangun dan menjaga harga diri bangsa. Keberpihakan pemerintah atas ekonomi raknyat, peningkatan kemampuan analisa inteligen dan kemampuan tempu TNI menjadi hal yang wajib dilakukan jika bangsa kita ingin berdaulat atas kejayaan alam. Para aktivis mahasiswa harus terus menerus belajar dan meng-update kemampuan diri dalam pemahaman geopolitik internasional yang pada suatu saat akan menggantikan para pemimpin negeri yang sudah uzur dengan gagasan dan strategi perjuangan yang lebih fresh dan lebih soilid lagi.
Saya termasuk orang yang berfikiran bahwa dalam perjuangan membangun bangsa, akan lebih efektif jika para mahasiswa ikut masuk ke dalam sistem politik bangsa dibandingkan mereka yang hanya berada di luar sistem, meskipun demonstrasi jalanan tetap dibutuhkan sebagai sarana kontrol dalam isu-isu tertentu, jika para mahasiswa yang biasanya menyalurkan aspirasi lewat turun aksi  ke jalana, kemudia mereka masuk ke dalam system legislasi ataupun eksekutif yang idealis, maka mereka akan terlibat langsung dalam pengambilan kebijakan. namun yang menjadi problem klasik saat ini, mahasiswa itu sendiri sulit untuk menavigasikan dirinya ke dalam sistem yang sebenarnya semua mampu, jangankan membaur diri dengan geopolitik negeri, baground organisasi dan jati diri mahasiswa yang sejati hari ini mulai ditinggal pergi. (tetap menjadi PR)

No comments:

Post a Comment